[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 28 November 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=komunitas&slug=1574926896627-24-film-komunitas-asal-palembang-yang-aktif-bikin-karya]
Yogyakarta – Ada komunitas film nih asal Palembang, namanya 24 Film. Komunitas ini lepas yang tidak dinaungi secara resmi oleh kampus loh. Kenalan dengan komunitas ini lebih dalam yuk TemanBaik.
Komunitas di bidang perfilman yang berdiri sejak 24 Oktober 2013 di Palembang, Sumatra Selatan ini memang lahir dan tumbuh di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) di Universitas Sriwijaya (Unsri), tetapi komunitas 24 Film ini bukanlah bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unsri.
“Fokus komunitas kami di sini, yang pertama yaitu produksi film. Kemudian, diskusi film bersama filmmaker lokal maupun nasional, terus kami juga ngadain screening film. Setiap tahun, kami juga aktif untuk melakukan kegiatan sosial. Seperti pada bulan Ramadhan, kami pernah mengadakan sosialisasi di panti asuhan, berbagi makanan, pakaian dan lain-lain,” beber Alda Cindy Pratiwi, salah seorang perwakilan dari komunitas 24 Film beberapa waktu lalu dalam Program JAFF di Gedung LPP Yogyakarta, Jalan Urip Sumoharjo No.100, Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta.
Beberapa film pendek yang pernah diproduksi oleh Komunitas 24 Film ini, antara lain ‘Brainphone’ (2016) yang berkisah tentang seorang gadis introver yang melihat keadaan di sekelilingnya, di mana orang-orang sudah tidak lagi ngobrol dengan sesamanya, mereka asyik bermain dengan handphonesendiri-sendiri.
Lalu, film ‘Satu Alasan’ (2016) yang berkisah tentang orang yang membantu orang lain atas dasar kasihan,’Kota Terakhir’ (2016) yang berkisah tentang Kota Palembang sebagai persinggahan terakhir seorang anak rantau, ada juga ‘Hope’ (2017) yang berkisah tentang seorang anak kecil yang ingin sekolah.
Kemudian, ada film ‘Canvas’ (2018) yang bercerita tentang hubungan beda agama, ‘Irin’ (2018) yang bercerita tentang kisah cinta di sekolah. Lalu ada ‘Nak Nari’ (2018) yang bercerita tentang seorang remaja yang ingin menari tetapi tidak dibolehkan orangtuanya. Dilanjutkan, ‘Pamali’ (2019) yang berkisah tentang suatu larangan yang dilanggar, dan film ‘Resah’ (2019) yang berkisah tentang persahabatan. Banyak sekali ya filmnya!
Komunitas 24 Film juga telah mendapatkan beberapa penghargaan dan pencapaian loh, di antaranya Juara 2 Film Terbaik dalam Festival Nasional POLSRI untuk film ‘Brainphone’, Artistik dan Sutradara Terbaik TVRI Sumsel untuk film ‘Kota Terakhir’, Film ‘Canvas’ masuk nominasi Palembang Film Festival dan Musse Indie Fest, kemudian Penghargaan Nominasi Komunitas Teraktif dalam Palembang Film Festival.
“Selain itu, kami berhasil mendatangkan Angga Sasongko dalam workshop penulisan skenario. Terus, diskusi dan nobar film ‘Journey’ bareng Muhammad Zaidy, produser film ‘Posesif’ dan ‘Aruna & Lidahnya’,” kata Alda.
“Kita juga pernah mengadakan screeningdan diskusi bareng sutradara film ‘Tengkorak’, Yusron Fuadi. Terus, diskusi bareng sutradara film ‘Love for Sale’, Andi Bachtiar Yusuf. Pernah juga ngadain workshop penulisan skenario bareng Rahabi Mandra,” sambung Karen Novrelika, perwakilan lainnya dari komunitas 24 Film.
Karen kemudian menambahkan informasi tentang logo yang diusung oleh komunitas 24 Film. “Tulisan 24 Film ini menandakan tanggal berdirinya komunitas kami, 24 Oktober 2013 dan kita mengharapkan supaya komunitas kami bisa berkarya selama 24 jam, gitu. Kalau logo padinya ini melambangkan kebersamaan antar anggota komunitas. Terus, di bawah ini kan ada tulisan ‘Berkarya Kreativitas Tanpa Batas’, nah kami berharap tiap tahunnya pokoknya kita bisa bikin karya,” sambungnya.
Selain itu, Alda juga membeberkan apa saja kiat-kiat yang dilakukan oleh 24 Film untuk menjaga regenerasi komunitas mereka, sekaligus bagaimana agar komunitas bisa tetap menjaga konsistensi dan produktivitas dalam memproduksi film tiap tahunnya.
“Kalau untuk regenerasi dari 24 Film, kita tiap tahunnya membuka open recruitment untuk mahasiswa-mahasiswa baru yang ada di FISIP Unsri. Berhubung masih berada di lingkungan Unsri, jadi peserta atau anggotanya kebanyakan ya mahasiswa. Waktu open recruitment, awalnya seperti biasa, tes-tes gitu. Nah, kami mewajibkan untuk mereka untuk membuat film pendek yang dibuat dengan cara berkelompok,” beber Alda.
“Kita yang di atas-atas juga membimbing mereka yang baru-baru, sambil ngajarin gimana caranya bikin film. Kita juga sering ngadain kumpul-kumpul internal, mengundang senior-senior juga. Selalu sharing satu sama lain, apa aja suka duka mereka selama gabung di 24 Film, ada masukan apa enggak untuk 24 Film ke depannya,” sambung Karen.
Sebelum mengakhiri presentasinya, Karen juga memberi tahu beberapa hal yang mereka lakukan guna memperkenalkan komunitas 24 Film ke masyarakat luas di Palembang. “Kalau untuk promosi, kita lebih sering ngadain event screening atau workshop, sih. Jadi, kita menyebar undangan ke komunitas-komunitas lain yang ada di Palembang, ke radio, ke pemerintahan juga,” pungkasnya.
Nah, buat TemanBaik yang berdomisili di Palembang dan penasaran ada kegiatan apa saja sih yang diadakan oleh komunitas 24 Film ini, yuk kita kepoin informasi terbaru tentang mereka di akun instagram @24.film dan kanal Youtube ’24 Film’!
Foto: Hanni Prameswari