[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 22 Oktober 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=tempat-wisata&slug=1571718144516-telusuri-seni-dan-menilik-sejarah-kaliurang-lewat-tur-900mdpl]
Yogyakarta – Proyek seni site-specific di kawasan Kaliurang, Yogyakarta ‘900mdpl’ diinisiasi oleh kolektif kurator bernama LIR dan pertama kali diadakan pada tahun 2017. Proyek ini bertujuan membuat arsip alternatif dari situs-situs terkait dengan mengumpulkan mitos, kearifan lokal, kisah, dan sejarah alternatif dari tempat tersebut melalui ingatan orang-orang yang hidup di dalamnya.
Kawasan Kaliurang ini berjarak 7 kilometer dari kawah gunung Merapi dengan ketinggian rata-rata 900 meter di atas permukaan laut. Saat ini terdapat sekitar 2.800 penduduk yang hidup berdekatan dengan gunung berapi aktif tersebut.
‘900mdpl’ terdiri dari dua bagian. Pertama, masa residensi yang menghasilkan berbagai proyek tunggal berbeda bagi tiap senimannya. Kedua, presentasi proyek dari semua seniman di berbagai tempat di sekitar Kaliurang yang membawa pengunjung berjalan melewati rute pameran sebagai bentuk praktik spasial, menjadikan tempat fisik sebuah ruang pengalaman.
Tahun ini, 900mdpl telah memasuki edisi keduanya dan kembali digelar setiap hari selama tanggal 18 – 27 Oktober 2019 pada pukul 10.00 – 16.00 WIB di berbagai titik di kawasan Kaliurang. Titik kumpul dan pusat informasi bertempat di RM Joyo, Jalan Astomulyo 69 Kaliurang Barat, Yogyakarta. Pengunjung tidak akan dipungut biaya selama mengikuti tur dalam program ini.
Sebelum datang ke lokasi, pengunjung diharuskan melakukan registrasi terlebih dahulu. Karena keterbatasan waktu dan SDM, sehingga panitia hanya akan menerima maksimal 20 peserta tur jalan kaki setiap harinya.
Judul yang diusung pada tur kali ini adalah ‘900mdpl: Hantu-Hantu Seribu Percakapan’. Judul tersebut diambil berdasarkan metode penelitian yang menggunakan percakapan-percakapan dengan para tetua masyarakat di sekitar desa; dengan fokus pada apa yang terjadi di Kaliurang dalam lini masa sejarah Indonesia yang lebih luas.
Tidak hanya digunakan sebagai metafora atas memori dan ingatan, hantu juga sering digunakan untuk menormalisasi sesuatu yang belum dipahami, suara-suara tak terdengar, dan kumpulan kefanaan yang terus menjadi gema di masa lalu yang menghubungkan dunia kita dengan dunia yang tak terlihat.
Terdapat 10 orang seniman dari dalam dan luar negeri yang terlibat untuk mempresentasikan proyek seni di 10 titik situs yang berbeda. Mereka adalah Paoletta Holst (BE/NL), Arief Budiman (ID), Lala Bohang (ID), Agung Kurniawan (ID), Jompet Kuswidananto (ID), Yudha Sandy (ID), Rara Sekar (ID), Mark Salvatus (PH/JP), Fyerool Darma (SG), dan Maryanto (ID). Kurator dari ‘900mdpl: Hantu-Hantu Seribu Percakapan’ yaitu Mira Asriningtyas.
Pengunjung diajak berkumpul di sebuah situs pasar tempo dulu sebelum mulai berjalan kaki menjelajahi rute perjalanan melalui area jalan raya pertama yang dibuat untuk menghubungkan kota Yogyakarta dan Kaliurang di tahun 1923, lengkap dengan rencana fasilitas transportasi publik dan hiburan di masa itu. Kami juga diajak melewati tempat pertemuan Komisi Tiga Negara yang menghasilkan ‘Notulen Kaliurang’ pada 13 Januari 1948.
Kemudian, perjalanan kami berlanjut ke area ‘Ngloji’ yang merupakan tempat berdirinya bangunan kolonial tertua dan berhenti di situs ke-11 yang merupakan titik pemberhentian terakhir, yakni sebuah rintisan museum komunitas sementara yang berada di tengah-tengah perkampungan penduduk.
Nah, bagi TemanBaik yang berencana atau sedang berada di Jogja selama 900mdpl ini diselenggarakan, sempatkanlah untuk berkunjung dan mengikuti turnya ya, karena program ini sangat seru, mengedukasi dan terlalu sayang jika dilewatkan.
