Arts & Culture / Portfolio / Published Articles · November 8, 2019 0

Asyik! Ada Ruang Khusus Anak di Biennale Jogja XV Equator #5

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 8 November 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=seni&slug=1573202921948-asyik-ada-ruang-khusus-anak-di-biennale-jogja-xv-equator-5]

Yogyakarta – Perhelatan Biennale Jogja XV Equator #5 masih belum usai. Pada tahun ini, event dua tahunan tersebut digelar selama tanggal 20 Oktober-30 November 2019, gratis dan terbuka untuk umum. Acara ini bertempat di 5 lokasi yang berbeda, yaitu Jogja National Museum, Taman Budaya Yogyakarta, Gedung PKKH UGM, Jalan Ketandan Kulon 17 dan Kampung Jogoyudan.

Sejak tahun 2011, perhelatan yang diorganisasi oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) ini berangkat dari sebuah tema besar, yakni ‘equator’ atau khatulistiwa. Rangkaian Biennale ini mematok batasan geografis tertentu di planet bumi, yaitu kawasan yang terentang di antara 23.27 Lintang Utara (LU) dan 23.27 Lintang Selatan (LS).

Tema ‘Do We Live in The Same Playground?’ dipilih untuk merangkum inspirasi seniman-seniman yang terlibat dalam menafsirkan segelintir persoalan-persoalan ‘pinggiran’ yang terjadi di seantero Asia Tenggara. Permasalahan-permasalahan seperti identitas (gender, ras, dan agama), narasi-narasi kecil/alternatif, konflik sosial-politik, liminalitas, perburuhan, lingkungan, atau lebih spesifik lagi, praktik kesenian yang diabaikan.

Memasuki minggu ketiga gelaran Biennale Jogja XV Equator #5, BeritaBaik mengunjungi salah satu pameran yang berlokasi di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jalan Sriwedani No. 1, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta.

Ada 8 nama pribadi maupun kelompok seniman se-Asia Tenggara yang menyajikan karya-karyanya di lokasi yang satu ini, mereka adalah Arisan Tenggara, Bing Lathan, Nguyen Thi Thanh Mai, Muslimah Collective, Popok Tri Wahyudi, Studio Malya, Tran Luong, dan Wisnu Ajitama. Sedangkan tim kurator yang didapuk dalam Biennale Jogja tahun ini yaitu Akiq AW, Arham Rahman, dan Penwadee Nophaket.

Rena, salah satu pengunjung yang masih berstatus sebagai mahasiswa, memberikan komentarnya akan kesan singkat tentang pameran Biennale Jogja yang berlokasi di TBY ini. “Menarik sih, kayak liat inovasi baru tentang seni,” komentarnya. Ia juga mengatakan bahwa karya-karya yang ditampilkan sudah merepresentasikan tema ‘pinggiran’ yang diusung oleh Biennale Jogja kali ini.

Nikolaus, salah seorang yang bertugas menjadi koordinator gallery sitter Biennale Jogja lokasi TBY ini memberikan beberapa informasi berkaitan dengan data jumlah dan antusiasme pengunjung sejak pameran dibuka tanggal 20 Oktober hingga saat ini.

“Kalau yang di sini, kalo dari segi jumlah sih rata-rata 200an ke atas, di bawah 300, sekitar 250an orang, itu sudah banyak banget,” tuturnya.

Ia juga menerangkan bahwa mayoritas pengunjung adalah mahasiswa. Selain itu, Nikolaus juga memberi informasi tentang jam-jam yang biasanya mulai ramai dipadati pengunjung. “Di atas jam 12 siang, tapi kalau puncaknya ramai ya menjelang setelah maghrib,” pungkasnya.

TemanBaik yang ingin mengajak anak-anak untuk berkunjung ke salah satu pameran Biennale Jogja yang berlokasi di TBY ini juga enggak perlu khawatir loh, karena ada ‘Kids Corner‘ yang khusus ditujukan untuk anak-anak menyumbang kreativitasnya agar dapat turut andil dalam memeriahkan pameran ini. Yuk, kita sempatkan ke sana sebelum pameran berakhir.