Music / Portfolio / Published Articles · November 15, 2019 0

Datang ke Ngayogjazz 2019, Cukup Bayar Pakai Buku

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 15 November 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=musik&slug=1573803097901-datang-ke-ngayogjazz-2019-cukup-bayar-pakai-buku]

Yogyakarta – Menginjak usianya yang ke-13, festival musik tahunan Ngayogjazz konsisten menggelar eventnya setiap tahun. Kali ini Ngayogjazz 2019 akan digelar pada Sabtu (16/11/2019) di Padukuhan Kwagon, Desa Sidorejo, Godean, Sleman. 

Festival musik jazz besutan mendiang Djaduk Ferianto ini memang sejak awal selalu memilih desa sebagai lokasi penyelenggaraan. Sebab, desa dinilai bukan hanya sebagai objek, tetapi juga mitra yang mutual. Hingga detik ini pun tim penyelenggara tetap konsisten dengan tidak mematok harga tiket alias gratis. 

Sama seperti tahun sebelumnya, Ngayogjazz masih bekerjasama dengan komunitas Jendela Jogja untuk mengadakan program Lumbung Buku, yang bertujuan mengajak seluruh pengunjung yang hadir untuk membawa buku tulis, buku gambar atau buku bacaan anak untuk ditukarkan sebagai pengganti tiket masuk.

Bakal ada 7 panggung yang disuguhkan pada pagelaran Ngayogjazz 2019. Pun dengan deretan line up ternama baik dari dalam dan luar negeri turut dihadirkan. Sebut saja Tompi, Mus Mujiono, Dewa Budjana, Nonaria, Frau, Indro Hardjodikoro Trio, Nita Aartsen, EYM Trio (Perancis), Rodrigo Parejo Quartet (Spanyol), ARP Frique (Belanda), Baraka (Jepang), dan masih banyak lagi.

‘Satu Nusa Satu Jazz-nya’, begitulah tema yang diusung Ngayogjazz tahun ini. Terinspirasi dari lagu ‘Satu Nusa Satu Bangsa’ karya L. Manik, Ngayogjazz ingin menunjukkan bahwa meskipun berbeda-beda namun kita tetaplah Indonesia dengan segala keragamannya, seperti halnya musik jazz yang dimainkan di berbagai daerah dan terdiri dari bermacam-macam alat musik, jika disatukan akan menghasilkan harmoni yang indah.

Namun, jelang perayaannya, pendiri Ngayogjazz, Djaduk Ferianto belum lama ini berpulang. Kepergiannya tentu meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak. Tapi, acara tetap akan berjalan seperti yang sudah direncanakan. Hanya saja tahun ini diselipkan tema tema baru yakni ‘Tribute to Djaduk Ferianto’, sebuah tema yang dirasa pas untuk memberikan penghormatan kepada seniman legendaris tersebut. 

“Motor utama kami, mesin pengggerak utama kami baru saja tiada, sehingga agak berat untuk menjalankan program yang harus kita jalankan tanggal 16 besok. Tetapi karena semangat yang dikeluarkan oleh Mas Djaduk, dengan kesepakatan keluarga juga, kami tetap memutuskan tetap akan menggelar Ngayogjazz 2019 dengan tema tambahan,” tutur Board Director of Ngayogjazz, Bambang Paningron saat konferensi pers Ngayogjazz pada Kamis (14/12/2019) di The Alana Hotel Yogyakarta.

Sementara itu, Sukiman selaku Dukuh Kwagon mengungkapkan alasan mengapa ia bersedia desa tempat tinggalnya dijadikan lokasi Ngayogjazz lagi. Apalagi tahun ini menjadi kedua kalinya Padukuhan Kwagon kembali dipilih sebagai tempat digelarnya Ngayogjazz. Setelah sebelumnya menjadi tuan rumah pada Ngayogjazz 2016. 

“Berangkat dari pengalaman menjadi tuan rumah tiga tahun yang lalu, Kwagon menjadi tempat penyelenggaran yang pertama. Yang dapat saya ambil ada dua hal, immateriil dan materiil. Immateriilnya banyak ya menurut saya. Yang pertama, sebagai hiburan sekaligus menjadi ajang senang orang, warga saya sendiri maupun warga orang lain, yang jelas tetangga kami, karena kami itu tinggal di dusun dekat gunung dan memang di gunung, kemudian jauh dari kota, kok dihadiri banyak orang. Yang kedua, sebagai lahan rekreasi. Kemudian, bagi kami yang cukup menguntungkan adalah dikenal dan dikenang. Ini yang penting bagi kami,” ungkapnya.

Sukiman juga memberikan gambaran mengenai keuntungan materiil dari Ngayogjazz yang bisa didapat oleh warga desa. Dengan banyaknya orang yang berkunjung untuk menonton Ngayogjazz, tentu saja besar kesempatan orang-orang yang datang untuk membeli segala sesuatu yang dijual oleh warga, seperti makanan, minuman, kerajinan tangan, dan sebagainya. 

Belum lagi dengan adanya fasilitas ojek jazz yang diberikan oleh warga (kala itu) bisa memudahkan pengjung, sebab mereka lah yang mengantar para pengunjung dari tempat parkir kendaraan, yang lokasinya cukup jauh ke pintu masuk festival. Tentu saja semua hal itu dapat menghidupkan dan meningkatkan pendapatan untuk warga desa. 

Tahun ini, Ngayogjazz juga berkolaborasi dengan berbagai instansi dan komunitas loh. Hal ini dilakukan untuk menghadirkan pengalaman-pengalaman baru bagi pengunjung, di antaranya pusat kebudayaan Belanda (Erasmus Huis), pusat kebudayaan Perancis (IFI-LIP), kemudian Perkumpulan Pekarya Layang-Layang Indonesia (PERKALIN) yang membuat program Kite for Kids, berbagai komunitas musik dan fotografi, serta program Festival Bambu Sleman yang merupakan hasil kerja sama dengan Dinas Pariwisata Kab. Sleman, Asosiasi Sentra Bambu Sembada, dan Deskranasda Kab. Sleman.

Lebih lanjut, Hattakawa selaku moderator saat konferensi pers memberikan sedikit bocoran nih TemanBaik. Nanti saat penyelenggaraannya, akan ditampilkan salah satu karya instalasi peninggalan mendiang Djaduk Ferianto yakni semacam museum. 

“Satu bocoran lagi, bahwa ada gerakan seni instalasi yang betul-betul diinisiasi oleh Mas Djaduk di Ngayogjazz yang tidak pernah ada. Itu karya Mas Djaduk dalam karya instalasi, itu apresiasi bagaimana Mas Djaduk menceritakan tokoh-tokoh jazz pendahulu dengan caranya. Bagaimana intinya setelah kepergian Mas Djaduk, silakan saksikan di sana,” tuturnya.

Buat TemanBaik yang ingin menyaksikan langsung gelaran Ngayogjazz 2019 akhir pekan nanti, jangan sampai terlewatkan ya. Apalagi jika kamu termasuk pecinta musik jazz. Pasti bakal seru banget deh!