Arts & Culture / Portfolio / Published Articles · October 4, 2019 0

Bersiap! Ada Prosesi Hajad Dalem Sekaten di Keraton Jogja

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 4 Oktober 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=seni&slug=1570245976125-bersiap-ada-prosesi-hajad-dalem-sekaten-di-keraton-jogja]

Yogyakarta – TemanBaik sudah pernah mendengar Sekaten belum? Kalau belum, kita kenalan dulu sama Sekaten ya. Sekaten dipercaya sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Kerajaan Demak pada awal abad XVI. Hingga kini, rangkaian kegiatan Sekaten masih terus menerus dilestarikan oleh Keraton Yogyakarta.

Banyak orang yang meyakini kalau Sekaten berasal dari kata “syahadatain” yang berarti dua kalimat syahadat. Selain itu, Sekaten juga berhubungan erat dengan gamelan yang diberi nama Kyai Sekati. Konon, pada masa Kerajaan Demak, para Wali menggunakan momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Bulan Mulud (Tahun Jawa) untuk berdakwah dengan pertama-tama membunyikan Gamelan Sekati. 

Masyarakat yang tertarik dengan suara gamelan pada sunyi senyap masa silam akan berkumpul untuk kemudian mendengarkan dakwah para Wali dalam menyebarkan agama Islam. Sekaten yang diselenggarakan pada Bulan Mulud juga sering disebut dengan peringatan Muludan.

Rangkaian kegiatan ‘Hajad Dalem Sekaten’ diawali dengan prosesi ‘Miyos Gangsa’, yakni keluarnya Gamelan Sekati Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan Kanjeng Kiai (KK) Nagawilaga dari dalam Keraton Yogyakarta menuju area Pagongan Masjid Gedhe pada tanggal 6 Mulud Tahun Jawa. 

Pada dini hari tanggal 12 Mulud, Gamelan Sekati akan dikembalikan ke dalam Keraton melalui prosesi bernama ‘Kondur Gangsa’. Selama berada di Pagongan Masjid Gedhe antara 6-12 Mulud ini, gamelan akan terus menerus ditabuh mulai sejak pagi hingga tengah malam secara bergantian. Rentang waktu pada saat gamelan dibunyikan inilah yang disebut dengan berlangsungnya tradisi Sekaten.

Menurut informasi yang diberikan oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, putri bungsu dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, tahun ini upacara ‘Miyos Gangsa’ akan diadakan pada 3 November 2019 mendatang pada pukul 23.00 WIB. Sedangkan ‘Kondur Gangsa’ akan diadakan pada 9 November 2019 pukul 23.00 WIB. 

Nah, setelah pelaksanaan ‘Kondur Gangsa’, prosesi ‘Garebeg Mulud’ akan digelar keesokan harinya pada 10 November 2019 mulai pukul 07.00 WIB. Seluruh rangkaian kegiatan ini dapat disaksikan oleh umum loh, TemanBaik. Catat tanggalnya ya!

Tradisi lain selama Sekaten yaitu pembacaan Riwayat Nabi di Serambi Masjid Gedhe yang akan dihadiri oleh Sri Sultan. Sesaat sebelum prosesi ‘Kondur Gangsa’ dimulai, Sultan akan miyos ke halaman Masjid Gedhe untuk menyebar udhik-udhik yang terdiri dari beras, biji-bijian, serta uang logam di tiga tempat, diawali dari Pagongan Kidul, Pagongan Lor, dan di dalam Masjid Gedhe. Peristiwa ini merupakan momen yang mempertemukan raja dengan rakyat secara langsung. 

Di samping itu, pada saat mendengarkan pembacaan Riwayat Nabi Muhammad SAW, Sri Sultan akan mengenakan simping atau rangkaian bunga yang dipasang di telinga. Penggunaan simping bunga menyimbolkan makna bahwa raja akan mendengarkan keluhan serta aspirasi rakyat.

“Kami menargetkan tahun ini untuk mendapatkan 35ribu pengunjung. Doakan supaya kita bisa sama-sama mencapai target itu dalam waktu sebulan lagi,” tutur GKR Bendara pada saat konferensi pers pada hari Kamis (3/10/19) di Bale Raos Yogyakarta.

Tradisi sekaligus makna luhur yang terkandung dalam setiap rangkaian acara yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini akan lebih ditonjolkan melalui pengelolaan rangkaian acara Sekaten 2019. Hal tersebut diharapkan dapat lebih meneguhkan keistimewaan Yogyakarta sebagai benteng budaya di tanah Jawa.