Music / Portfolio / Published Articles · October 9, 2019 0

‘Jazz Syuhada’ Suguhkan Tontonan dan Tuntunan di Kompleks Masjid

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 9 Oktober 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=musik&slug=1570593140588-jazz-syuhada-suguhkan-tontonan-dan-tuntunan-di-kompleks-masjid]

Yogyakarta – Siapa bilang tontonan dan tuntunan enggak bisa berjalan seimbang dan beriringan? Hal tersebut dibuktikan oleh salah satu masjid bersejarah yang dibangun oleh Presiden Soekarno sebagai kenang-kenangan bahwa Yogyakarta sempat menjadi ibu kota Indonesia, yakni Masjid Agung Syuhada. Masjid ini berlokasi di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Yogyakarta.

Dalam rangka merayakan milad ke-67, Yayasan Masjid Syuhada bekerjasama dengan Warta Jazz dan beberapa komunitas kebudayaan menggelar acara bernama ‘Jazz Syuhada’ di kompleks Masjid Syuhada pada Selasa (8/10/19). Acara ini gratis dan terbuka untuk umum.

Menurut Thoirul Firdaus selaku ketua Jazz Syuhada, ide awal acara ini terinspirasi dari event Ramadhan Jazz yang diadakan oleh Masjid Cut Meutia di Jakarta. Firdaus mengatakan bahwa ini pertama kalinya sebuah masjid di Yogyakarta menggelar pertunjukan musik jazz. “Mungkin di Jogja sudah banyak acara jazz dari komunitas umum seperti Ngayogjazz, Prambanan Jazz. Tapi, kalau masjid, ini yang pertama,” katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dalam acara ini, mereka melibatkan berbagai komunitas yang beragam, mulai dari latar belakang agama, etnis dan sebagainya. “Kita rangkul jadi satu untuk menyelenggarakan kegiatan Syuhada Jazz ini,” sambungnya.

Firdaus juga menyampaikan bahwa berawal dari acara ini, Masjid Syuhada terlibat kerja sama dalam bentuk kontrak dengan Warta Jazz selama 5 tahun ke depan. Kerja sama yang terjalin yaitu dengan menyelenggarakan acara seperti ini setiap setahun sekali, setiap ulang tahun atau momen-momen tertentu.

Selain sebagai peringatan hari ulang tahun masjid, acara ini juga bertujuan untuk mengemas dakwah dalam bentuk yang lain, yakni melalui pertunjukan musik, karena bersifat universal. Dengan mengusung tema ‘Gema Nada, Damai Semesta’, Jazz Syuhada mencoba berpartisipasi mengupayakan keragaman menjadi sesuatu yang indah.

“Karena sesuai dengan tujuan kami, kami ingin menggandeng seluruh elemen untuk mengadakan acara ini. Hal ini supaya kami bisa silaturahmi dengan mereka, menjalin hubungan baik dengan kalangan-kalangan tersebut,” tutur Firdaus.

Upaya menyambung tali silaturahmi pun terwujud dari kerja sama dengan 2 gereja yang berlokasi di daerah dekat Masjid Syuhada, yaitu Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kotabaru. 

“Keterlibatan gereja juga luar biasa. Dari Gereja Katolik, kami sudah dapat izin untuk pasukan bregada lewat di saat mereka sedang misa. Lalu, dari Gereja Kristen mereka sangat welcome ketika kami pinjam halaman gereja untuk parkir. Romo dan pendeta juga datang saat acara,” papar Firdaus.

Romo Paroki Kotabaru, Maharsono Probho SJ yang turut hadir dalam milad Masjid Syuhada pun menyambut baik mengapresiasi konsep yang ditawarkan oleh Syuhada Jazz. Ia menggambarkan bahwa hubungan antar umat beragama di Kotabaru selama ini memang selalu damai dan terjalin harmonis. Terbukti dari masing-masing selalu hadir dan mendukung jika ada acara satu sama lain.

“Semakin erat dan gembira, hubungannya sejuk, pas puasa kita adakan buka bersama Masjid Syuhada juga datang. Ulang tahun gereja juga datang. HUT kemerdekaan juga bersama-sama, dan sekarang kami juga diundang,” tutur Maharsono.

Kemudian Firdaus mengatakan bahwa melalui acara ini, seluruh panitia mengharapkan agar Masjid Syuhada dapat menjadi pemersatu, baik antar umat Islam itu sendiri, maupun pemersatu dengan agama lain, terutama warga di kota Yogyakarta.

Acara Jazz Syuhada dimulai sejak sore hari dengan pawai bregada prajurit, pertunjukan tari saman dari SMP IT Masjid Syuhada, lantunan ayat-ayat suci Alquran, dan penampilan musisi/band LAF, PRAZ (Komunitas Etawa Jazz), Berdua Saja.

Sambil menonton berbagai pertunjukan yang disuguhkan, para pengunjung juga dapat menikmati dan melarisi bazaar stand kuliner, fashion, dan kerajinan yang berjejer memenuhi jalan depan Masjid Syuhada.

Setelah break salat maghrib dan isya, acara dilanjutkan lagi sekitar jam setengah 8 malam dengan tausyiah dari Ustadz Wijayanto yang mendengungkan kerukunan antar agama, suku, dan ras. Ia menyampaikan dakwah dengan bumbu-bumbu jenaka yang kerap memancing tawa penonton.

Seusai tausyiah, acara disambung dengan penampilan musik dari Sophian Kolinus Project, NU (Neo-Unggry) Project, dan ditutup dengan aksi panggung dari Tricotado.