Arts & Culture / Portfolio / Published Articles · September 14, 2019 0

Melihat Indahnya Pameran Seni Botani di Yogyakarta

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 14 September 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=seni&slug=1568437888948-melihat-indahnya-pameran-seni-botani-di-yogyakarta]

Yogyakarta – Sekitar 70 lukisan flora asli Indonesia karya seniman-seniman botani Indonesia dan mancanegara dihadirkan dalam Pameran Seni Botani: Ragam Flora Indonesia 2. Pameran yang dilangsungkan pada 6-13 September di Bale Banjar Sangkring, Jalan Nitiprayan No.88 Sanggrahan Bantul Yogyakarta ini digelar oleh Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA) yang bekerjasama dengan Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada (UGM). Beruntung BeritaBaik sempat berkunjung pada saat hari terakhir pameran, sehingga masih bisa menikmati indahnya koleksi yang dipamerkan di sana.

Ragam Flora Indonesia (RFI) yang menjadi agenda tahunan IDSBA sejak tahun 2018 ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap seni botani dan keanekaragaman hayati Indonesia. Di tahun kedua RFI, 36 seniman botani Indonesia dan mancanegara menyajikan keindahan dan keunikan 66 spesies dari 41 famili flora asli Indonesia, yang sekaligus menjadi subyek karya lukisan mereka. 

Selain karya-karya lukisan, pengunjung juga disuguhi kompilasi Botanical Art Worldwide berupa slideshow berisi 1000 karya dari lebih 700 seniman yang berasal dari 25 negara yang menampilkan tumbuhan aslinya masing-masing.

Di Ragam Flora Indonesia, tumbuhan yang dilukis harus memenuhi syarat khusus, yaitu berasal dari Indonesia, termasuk hibrida alami, tetapi tidak termasuk kultivar, hibrida buatan manusia atau tumbuhan luar yang dikembangkan di Indonesia. Menegaskan hakikat seni botani sebagai perpaduan antara sains dan seni rupa sekaligus untuk memastikan agar ketentuan tersebut terpenuhi, maka beberapa kurator seni rupa, seniman botani, serta pakar botani dan tim botaniwan pun ikut dilibatkan dalam proses seleksi serta memeriksa setiap spesies tumbuhan yang menjadi subyek lukisan dengan seksama.

“Seni lukis botani adalah sebuah genre seni lukis yang merupakan paduan kajian botani (sains) dan seni (lukis). Karyanya bersifat ilmiah sekaligus indah. Estetikalah kunci yang membuka khazanah sains menjadi indah tersebut,” ujar Jenny A. Kartawinata, seniman botani merangkap pendiri IDSBA.

Para pengunjung tak hanya bisa menyaksikan keindahan flora Indonesia melalui karya seni botani, tetapi juga mendapatkan pengetahuan lebih lanjut tentang tumbuhan subyek karya, karena setiap pengunjung didampingi oleh pemandu yang terdiri dari para mahasiswa Fakultas Biologi UGM. Katalog pameran pun dirancang khusus agar bernilai artistik dan edukatif dengan menampilkan lukisan sekaligus memuat informasi tentang karakteristik, distribusi, habitat, konservasi, dan manfaat tumbuhan bagi manusia.

Masih ada juga loh keunikan lain yang dapat ditemui dalam pameran tersebut, pengunjung dipersilakan untuk menggunakan kaca pembesar yang telah disediakan di meja tamu untuk melihat detail-detail indah dan unik dari 70 karya lukisan yang dipamerkan.

Setiap pengunjung yang datang juga disarankan untuk menulis komentar atau kesan dan pesan di selembar kertas warna-warni, kemudian menempelkannya di dekat salah satu lukisan terfavorit pengunjung. Setelah langkah-langkah tersebut telah dilakukan, maka pengunjung berhak untuk memilih dan membawa pulang salah satu kartu katalog pameran.

Lewat ragam karya yang dihadirkan RFI 2, para pengunjung diajak untuk menyadari dan mengapresiasi kekayaan flora nusantara, dari tumbuhan yang masih mudah dijumpai maupun yang endemik atau langka. 

Sebagai contoh, Karyono Apic menghadirkan detail tumbuhan gadung (Dioscorea hispida) yang mengingatkan publik akan ragam pangan lokal dengan begitu apik dan teliti. Phyctocrene macrophylla dan Phyctocrene bracteata yang unik ikut hadir melalui karya Victor Wong, seorang seniman asal Vancouver, Kanada yang selama beberapa tahun ini mengamati dan melukis tumbuhan-tumbuhan subyek karyanya secara langsung di Indonesia, serta melalui referensi spesimen yang telah dikeringkan. Rafflesia arnoldii, tumbuhan ikonik Indonesia pun dihadirkan melalui goresan kuas Grace Syiariel yang melukisnya berdasarkan referensi yang didapat dari kelompok pemandu wisata sadar lingkungan dari Bengkulu.

Salah satu karya yang paling memorable dan ikonik yang dipajang di pameran bagian depan untuk menyambut pengunjung yang datang adalah bunga bangkai raksasa Amorphophallus titanum yang dilukis oleh Eunike Nugroho sesuai dengan ukuran aslinya yakni setinggi 2,4 meter. 

Bunga majemuk terbesar di dunia ini menjalani fase vegetatif yang panjang sekitar 7-10 tahun, untuk menyiapkan fase generatif yang sangat singkat, yaitu bunga mekar sempurna hanya dalam satu malam. Karya yang dikerjakan dengan sangat detail oleh Eunike ini mampu membuat pengunjung melihat tiap lekuk dan kontur dari bunga raksasa ini, serta membayangkan perasaan ketika melihatnya secara langsung saat berbunga.

Purnomo, pakar sistematika tumbuhan dari UGM menilai bahwa karya-karya yang dipamerkan sangat menarik, karena menyejajarkan seni lukis dan ilmu botani menjadi seni yang botanis atau ilmu botani yang artistik. 

“Saya berharap semoga pelukis makin tertarik pada tumbuhan, demikian pula ahli botani tertarik belajar melukis,” ungkapnya.