Arts & Culture / Portfolio / Published Articles · November 10, 2019 0

Mengenal Sosok Sri Sultan Hamengku Buwono I Lewat Pameran Sekaten

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 10 November 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=seni&slug=1573360756061-mengenal-sosok-sri-sultan-hamengku-buwono-i-lewat-pameran-sekaten]

Yogyakarta – Keraton Yogyakarta baru saja menggelar Pameran Sekaten yang terbuka untuk umum selama tanggal 1-9 November 2019 di Kagungan Dalem Bangsal Pergelaran dan Kagungan Dalem Kompleks Sitihinggil Keraton Yogyakarta. BeritaBaik berkunjung pada hari Sabtu (9/11) yang merupakan hari terakhir pameran.

Kali ini, pameran budaya tahunan yang bertujuan untuk semakin menguatkan akar tradisi tersebut mengangkat tema besar yang semuanya berkaitan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono I, yaitu ‘Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman’.

Maka dari itu, koleksi yang dipamerkan dan muatan acara pameran tahun ini tentunya memiliki sangkut paut dengan pendiri Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut. Tema itu juga terbilang sangat spesial, karena beberapa objek pamerannya tidak akan mungkin keluar kalau tidak di pameran ini.

Lima rumusan topik pameran kali ini adalah biografi Sripameran sekaten Sultan Hamengku Buwono I, peran Sri Sultan Hamengku Buwono I dalam sejarah, karya Sri Sultan Hamengku Buwono I, objek terkait Sri Sultan Hamengku Buwono I, serta anugerah pahlawan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Dari Pameran Sekaten 2019, pengunjung dapat mengetahui bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono I tidak hanya seorang raja dan senopati perang, tetapi beliau juga sosok cendekiawan dalam berbagai bidang, termasuk seni tari dan wayang. Pameran ini menyajikan berbagai segi kehidupan Sri Sultan Hamengku Buwono I, mulai dari kehidupan pribadi, karya, konteks dan sejarah, hingga kenangan publik atas beliau.

Sesuai dengan tata tertib yang diterapkan oleh Keraton Yogyakarta, hampir semua koleksi berkaitan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang ditampilkan memang tidak boleh untuk difoto atau diabadikan oleh pengunjung. Beberapa koleksi yang menarik perhatian dan mudah diingat oleh pengunjung, antara lain ‘Kanjeng Kyai Jayaningrum’, wayang kulit tokoh Arjuna yang ditatah sendiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I sekaligus menjadi salah satu bukti bahwa karya seni di masa awal Mataram Yogyakarta telah subur.

Lalu, ada dua masterpiece terpajang di special room yang belum pernah dipamerkan sebelumnya oleh Keraton, yaitu ‘Kanjeng Kyai Al Qur’an’ dan ‘Kanjeng Kyai Tandhu Lawak’ yang merupakan tandu tertua di Keraton Yogyakarta. Di dalam sejarah tutur keraton, tandu ini digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I setelah tahun 1790. 

Ketika Sultan menghadapi usia senjanya, tandu ini yang senantiasa mengantarkan Sultan menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe untuk melakukan ibadah sholat Jumat. Pada praktiknya, tandu ini diusung oleh 8 abdi dalem, 4 abdi dalem berada di depan dan 4 di belakang. Selain itu, terdapat 1 abdi dalem sebagai penongsong atau pembawa payung, dan 1 abdi dalem lainnya sebagai pembawa sapu yang digunakan untuk membersihkan palenggahan Sultan.

Salah satu pengunjung asal Sleman yang bernama Sita memberikan komentarnya kepada BeritaBaik tentang kesannya setelah selesai melihat-lihat koleksi yang ditampilkan di hari terakhir Pameran Sekaten.

“Menurut saya, ini kan membahas tentang Sri Sultan HB I juga, jadinya lebih memberi wawasan ke saya. Soalnya saya dari kemaren itu memang baru membaca mengenai Keraton, jadi sangat tertarik ketika ke sini, seperti itu, dan memang dijelaskan dari alur pertama tentang sejarah Keraton, jadi lebih tahu lagi dan lebih mengenal Sri Sultan HB I,” komentarnya.

Sita juga mengatakan koleksi mana yang paling berkesan dan memorable baginya. “Saya tertarik sama yang Tandhu Lawak tadi, itu dari tahun 1790 tapi kayunya dan perawatannya tuh masih bagus sekali, dan sepertinya ada nilai magis di situ,” katanya.

Arta, pengunjung lainnya juga mengomentari dan merasa terkesan dengan Pameran Sekaten ini. “Menarik sekali ya, karena kalau yang saya lihat kayak buku-buku atau babad-babad tadi, Babad Mataram, Babad Ngayogyakarta kan enggak seterusnya dikeluarin. Jadi, kayaknya ini momen spesial. Kalo pas kita dateng ke sini pas bisa ngelihat babad itu menurut saya wow ya, karena spesial di sini aja,” komentarnya.