[Tulisan saya ini pertama kali diterbitkan pada 24 Oktober 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=gallery-foto&slug=1571991293879-mengintip-bilik-timor-leste-di-biennale-jogja]
Yogyakarta – Masih dalam rangkaian Biennale Jogja XV Equator #5 yang diselenggarakan selama tanggal 20 Oktober – 30 November 2019 di 5 lokasi yang berbeda, kali ini BeritaBaik mencoba berkunjung ke salah satu lokasi yang juga dijadikan sebagai ruang pamer, yakni di gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri atau biasa disingkat PKKH yang bertempat di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM).
Salah satu pameran yang bisa kita lihat di gedung PKKH UGM ini adalah Bilik Timor Leste: ‘Delapan Derajat Lintang Selatan’. Bilik Timor Leste dibuka selama tanggal 19 Oktober – 30 November 2019 pada pukul 10.00-18.00 WIB, terbuka untuk umum dan gratis.
Sesuai dengan yang tercantum dalam pengantar kuratorial yang terpampang di lokasi, kebudayaan Timor Leste merefleksikan beragam pengaruh budaya, termasuk masyarakat asli Austronesia, Polinesia, Portugal, Katolik, dan masih banyak lagi. Kebanyakan orang Timor Leste masih menjaga keaslian kebudayaan mereka yang menunjukkan dari mana mereka berasal.
Tema “pinggiran” yang diusung oleh Biennale Jogja XV Equator #5 diterjemahkan oleh kelompok REKREATIF (Rede Kreatividade Fotografu) melalui representasi kehidupan sosial Timor Leste di wilayah-wilayah yang tak terjangkau. Sebagai contoh, masyarakat di sana mempraktikkan hidup yang telah diwariskan sejak nenek moyang ke generasi selanjutnya dengan kebajikan yang diberikan turun-menurun.
Menjadi sebuah kehornatan bagi nenek moyang maupun bagi dunia untuk bisa membuka dan membagi keaslian keyakinan tradisional, seni dan budaya, seperti di desa Manufahi Ki’ik yang sampai sekarang masih mengajarkan dan mempraktikkan sebuah kebudayaan.
Oleh karena itu, tema spesifik untuk pameran di Bilik Timor Leste ini adalah ‘Keyakinan dan Budaya Tradisi Manufahi Ki’ik’. Manufahi Ki’ik sendiri merupakan sebuah kota kecil di daerah Soibada sub-distrik, terletak di wilayah barat kabupaten Manatuto.
Sebanyak 6 seniman asal Timor Leste terlibat dalam merepresentasikan Bilik Timor Leste ini. Mereka adalah Janicia Silva de Jesus, Silvestre Rudiyanto Santos, Rofino Leandro Ferreira, Emelda Belinda da Costa Reis, Adelio Jose Maria Ramos, dan Hipolito da Silva Baptista. Sedangkan kurator yang didapuk untuk Bilik Timor Leste ini adalah Delio Ramos.
Bilik Timor Leste dapat diakses oleh pengunjung di lantai dua sebuah ruangan dalam gedung PKKH UGM. Setelah menaiki tangga, pengunjung langsung disambut dengan instalasi yang memajang barang-barang khas Timor Leste, seperti kain tenun, perhiasan, senjata, serta kerajinan tangan lainnya seperti tas, wadah, dan lain-lain. Selain itu itu, kita dapat menilik karya-karya lainnya berupa lukisan dan fotografi yang menampilkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Timor Leste pada umumnya dan kebudayaan Manufahi Ki’ik pada khususnya, sehingga dapat membuat kita serasa terbang sejenak ke Timor Leste dan mengenal lebih dekat kebudayaan mereka.