[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 14 September 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=seni&slug=1568512160988-mengunjungi-pameran-metalik-karya-bambang-pramudiyanto]
Yogyakarta – Sebuah pameran tunggal karya Bambang Pramudiyanto betajuk ‘MeTaL(i)K’ baru saja dibuka dan akan diselenggarakan selama 13 – 23 September 2019 di Sangkring Art Space, Jalan Nitiprayan No. 88 Sanggrahan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
“METALIK” yang dalam bahasa Indonesia bisa disebut “kinclong” atau “mengkilat”, artinya mampu memantulkan cahaya yang diterimanya. Mungkin, kali ini Bambang Pramudiyanto yang akrab dipanggil dengan Benk tengah berusaha untuk kembali memantulkan cahaya seni rupa Yogyakarta yang selama ini menyinari kehidupannya.
Saat pembukaan pameran ini, Bambang yang akrab disapa Benk ini menuturkan bahwa pameran tunggal masih menjadi sesuatu yang asing, dikarenakan terakhir kali ia mengadakan pameran tunggal sudah lama sekali, yakni pada tahun 2003.
“Kalau untuk membikin sebuah pameran dengan kerjasama yang bisa saling bersinergi itu bukan sesuatu yang gampang. Banyak hal yang ternyata enggak bisa kita satukan atau ada hal-hal lain yang kadang-kadang yang menjadikan event itu enggak bisa terlaksana. Makanya pada beberapa waktu terakhir itu, saya merasa ada sebuah energi yang saya rasakan dari teman-teman di Jogja, yang mana begitu gencar dan begitu aktif untuk bikin pameran. Banyak temen-teman yang bikin pameran tunggal, itulah sebetulnya energi yang saya tangkap bagi saya, dan ada rasa kecemburuan untuk bikin sebuah pameran tunggal juga, dan alhamdulillah bisa terlaksana malam ini,” tuturnya.
Benk menambahkan ia mencova menampilkan sesuatu yang sedikit berbeda dari kebiasaan dijalani selama ini. Dirinya ingin melakukan sesuatu yang bisa menjadi spirit bagi dirinya untuk bisa terus berkesenian.
“Jadi, saya mencoba bagaimana berkarya itu menjadi sebuah energi bagi saya, dan berkarya itu seperti refreshing bagi saya untuk bisa menjaga spirit saya untuk berkarya, terus berkelanjutan. Pada intinya, dengan pameran ini saya cuma pengen berbuat sesuatu, mudah-mudahan apa yang saya lakukan itu bisa bermanfaat dan bisa dinikmati untuk semuanya,” sambungnya.
Uacapn terima kasih ia sampaikan pada Kris Budiman, Heri Dono, dan Yuswantoro Adi yang ia libatkan sebagai penulis dalam pameran ini. “Spesial untuk pak Heri Dono, saya mengucapkan banyak terima kasih karena memberikan kesempatan yang langka untu berkenan membuka pameran saya malam ini. Saya ucapkan sekali lagi, terima kasih untuk semuanya atas kehadirannya malam ini. Selamat mengapresiasi karya seni, terima kasih,” pungkasnya.
Menurut Kris Budiman, karya-karya yang menantang tafsir dalam pameran ini antara lain, ‘MeTaL(i)K #2’, ‘MeTaL(i)K #3’, dan ‘MeTaL(i)K #6’. Pada yang pertama ia melukiskan butiran jagung yang salah satunya mengalami topikalisasi karena cemerlang keemasan. Biji jagung keemasan ini menjadi majas visual yang scara tajam mewakili kebiasaan orang-orang desa yang ingin mendisplai distingsi sosial melalui gigi emas sebagai modal ekonomis dan simbolisnya yang paling eye-catching.
Lukisan selanjutnya menampilkan objek tulang-tulangan (mainan untuk seekor anjing) yang mewakili sejenis makanan berbahan baku daging hewan sahabat setia manusia itu. Penulisan frasa “Bite Me” dan “Eat Me” yang terbalik seperti mewakili sikap Bambang atas tradisi kuliner yang sudah terlanjur dianggap “biasa dan bukan sesuatu yang aneh” ini.
Lukisan ketiga merupakan komentar sosial terhadap perubahan kultural yang keadaannya melampaui kebiasaan. Di sini, ia menunjukkan kepada kita akan bungkus metalik yang merupakan majas bagi perubahan kultural produk-produk makanan lokal yang telah mengalami pengemasan ulang yang lebih menawarkan sign-value yang prestisius.
Tentang Bambang Pramudiyanto
Bambang Pramudiyanto alias Benk lahir di Klaten, 10 September 1965. Lukisan Benk yang sangat khas selalu menuliskan tanda tangan dalam karyanya dengan inisial “B3NK”. Konon, tanda tangan tersebut terinspirasi dari plat nomor mobil dinas milik Menteri Sekretaris Negara, Mochtar Kusuma Atmaja, yang membeli lukisan yang pertama yang lolos dalam seleksi pameran FKY tahun 1990.
Benk kerap mengisahkan kehidupan melalui lukisan dengan memilih obyek berupa mobil-mobil. Pada puncaknya, Benk menggelar pameran tunggal perdananya pada tahun 1995 di tengah isu besar diluncurkannya mobil nasional, yaitu Timor dan Bimantara.
Karya Benk yang banyak mendapat perhatian kala itu adalah sebuah lukisan Mobil VW kodok yang dilukis secara close-up bagian moncong depannya, lengkap dengan karat besi dan di bawah plat nomornya ditaruh origami bentuk katak. Tentu penonton akan tersenyum menduga-duga dengan imajinasi masing-masing. Sebetulnya dialog apa yang terjadi antara mobil kodok dan origami katak itu.