Books / Music / Portfolio / Published Articles · September 6, 2019 0

Musikalisasi Puisi Reda Gaudiamo Hanyutkan Suasana di KBJ 2019

[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 6 September 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=musik&slug=1567739340548-musikalisasi-puisi-reda-gaudiamo-hanyutkan-suasana-di-kbj]

Yogyakarta – Kampung Buku Jogja (KBJ) kembali digelar selama tanggal 2-5 September 2019 kemarin di Gedung PKKH UGM. Menginjak usianya yang ke-5, tema yang diangkat oleh KBJ tahun ini yaitu ‘Kampung Buku Jogja 2019: Menelisik Bilik-bilik Indonesia’. Kegiatan ini pertama kali diselenggarakan di Yogyakarta pada tahun 2015. KBJ menjadi tempat melepas rindu bagi para penyuka buku atas buku-buku berkualitas yang selama ini tidak cukup tersedia di jaringan toko buku. Di acara ini, mereka bisa mendapatkan buku-buku tersebut, baik yang baru, lama, langka, maupun independen.

KBJ 2019 juga menjadi tempat untuk berlangsungnya diskusi-diskusi tentang Indonesia yang berbasis pada riset-riset keilmuan oleh para peneliti. Pada tahun ini, KBJ membahas dan mendiskusikan aspek-aspek kemasyarakatan yang dikaji oleh para peneliti, dinarasikan oleh para penulis, diterbitkan oleh insan-insan perbukuan, maupun dipertunjukan oleh para penampil.

Reda Gaudiamo menjadi salah satu narasumber diskusi panel sekaligus penampil pertunjukan musik yang sangat ditunggu-tunggu oleh pengunjung KBJ. Ia mengisi materi diskusi tentang ‘Sastra Anak: Proses Kreatif Reda Gaudiamo’ terlebih dahulu pada sore hari. Sebagai seorang penulis, Reda telah menelurkan beberapa buku, seperti ‘Aku, Meps, dan Beps’, ‘Na Willa’, dan ‘Na Willa & Rumah dalam Gang’.

Selain dikenal sebagai seorang penulis, selama ini Reda juga tersohor sebagai salah satu personel AriReda. AriReda adalah proyek musik duo vokal bergenre folk yang pertama kali terbentuk pada tahun 1982, terdiri dari Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Dalam proyek musiknya, mereka menampilkan musikalisasi puisi atau sajak karya penyair Indonesia, seperti Sapardi Djoko Damono, Amir Hamzah, Gunawan Mohammad, Todung Mulya Lubis, dan masih banyak lagi. Salah satu tujuan mereka tentunya membantu orang awam menikmati puisi lewat lagu.

Setelah Ari Malibu meninggal dunia pada 14 Juni 2018, Reda pun melanjutkan proyek musiknya dengan tampil seorang diri di atas panggung, seperti pada malam itu KBJ. Sebelum Reda naik, penonton sudah banyak yang berkerumun dan dengan tertib duduk lesehan di atas tikar yang sudah disiapkan di depan panggung. Berbekal hanya dengan satu gitar kecil, Reda memulai pertunjukan musiknya sekitar jam setengah 8 malam. Kesederhanaan sangat tampak dalam sosok Reda yang kini telah menginjak usia 57 tahun. Ia mengenakan setelan yang didominasi warna biru malam itu.

Reda menyanyikan sajak ‘Di Restoran’ karya Sapardi Djoko Damono sebagai lagu pertama. Sejak lantunan pertama terdengar, suasana penonton yang tadinya berisik langsung terkondisi menjadi khidmat, layaknya terhipnotis oleh Reda. Di jeda antar lagu, Reda sempat mengatakan bahwa penampilannya di event Kampung Buku Jogja malam itu sekaligus merupakan kota kedua dan tempat ketiga dari rangkaian ‘Jalan-Jalan Tour’ yang sedang dijalaninya selama tanggal 2-6 September 2019.

“Jalan-Jalan Tour ini tour pertama saya setelah Ari enggak ada. Butuh keberanian untuk berada di sini, karena selama sekian puluh tahun saya selalu berada di sisi sini (sambil menunjuk ke salah satu sisi di sebelahnya), melihat Ari bermain gitar, dan saya cuma nyanyi aja. Butuh keberanian untuk memainkan alat ini lagi (sambil menunjuk gitar kecilnya),” tutur Reda.

Kemudian Reda mengenang masa-masa awal AriReda berkarier di musik, di mana ia dan Ari pernah bermain gitar bersama di beberapa pertunjukan. Namun, selanjutnya Reda tidak ikut memainkan gitar lagi, melainkan hanya bernyanyi saja dengan iringan alunan gitar dan vokal dari Ari, karena ia merasa sedikit ribet dan gampang grogi, terlebih saat chord sedikit meleset. Hingga akhirnya setelah Ari tiada, Reda merasa ingin melanjutkan proyek musiknya, ia harus bernyanyi sambil memainkan gitar kembali dalam ‘Jalan-Jalan Tour’ ini.

Memasuki pertengahan penampilannya, Reda mengundang Bagus Dwi Danto, musisi asal Jogja yang dikenal dengan proyek musik bernama Sisir Tanah, untuk naik ke atas panggung dan menemaninya membawakan repertoire‘Hujan Bulan Juni’. Kehadiran vokal Danto yang melebur bersama vokal Reda menjadi pelengkap yang manis untuk ‘Hujan Bulan Juni’, serasa menggantikan part mendiang Ari yang hilang, walau hanya sebentar. Penonton kemudian terdengar sangat antusias ikut bernyanyi saat Reda membawakan repertoire ‘Aku Ingin’.

Dalam penampilannya di KBJ malam itu, Reda juga sempat membawakan sebuah lagu baru yang ia buat sendiri. Sebelumnya, Reda bercerita bahwa ia sempat melakukan sebuah perjalanan ke Inggris sepeninggal Ari. Perjalanan tersebut dirasa berhasil membuatnya kembali bersemangat ingin menyelesaikan album sendiri.

“Kan waktu itu udah janji sama dia (Ari) untuk menyelesaikan album, tapi tidak kunjung bisa, karena saya enggak tau musti ngapain. Tapi sepulang dari Inggris, saya rasa ada semangat untuk membuatnya. Ini adalah satu lagu yang liriknya saya coba buat sendiri, mudah-mudahan suka. Judulnya ‘Hujan’. Jadi, tour ini juga termasuk ajang uji coba saya memperdengarkan single ini. Siapa tahu dapat feedback. Kalo suka atau enggak suka, tolong DM saya ya, biar ketauan nasibnya mau diapain,” paparnya.

Saking terhanyut suasana syahdu, tak terasa Reda sudah membawakan sekitar 13 repertoire yang diakhiri dengan meng-cover lagu ‘Stand By Me’, sebuah lagu dari tahun 1960, karya Ben E. King. Tepuk tangan penonton sangat riuh terdengar mengiringi Reda turun panggung.

Seusai pertunjukan, BeritaBaik mendapatkan kesempatan untuk sedikit berbincang dengan Reda. Ia mengungkapkan kesannya menjadi salah satu pengisi dalam event Kampung Buku Jogja ini. “Saya senang banget bisa ke sini. Sebenernya, begitu diundang KBJ karena buku anak aja saya udah senang banget. Terus, gimana kalo bertambah dengan nyanyi? Wah, ya tambah senang lagi. Tapi, yang paling senang adalah melihat bagaimana buku dicintai dan dibeli orang. Saya merasa anggapan orang yang bahwa minat baca orang Indonesia rendah itu saya sih ngga percaya ya. Jadi, di sini saya lihat semua orang datang dan antusias kepada buku. Keren sih”.

Reda juga sempat menemukan buku yang menjadi semacam harta karun kesukaannya dalam Kampung Buku Jogja ini. “Saya menemukan majalah anak-anak ‘Si Kuncung’, majalah kesayangan saya, terbitan tahun ’72. Saya dapat tiga majalah, beli tiga-tiganya,” katanya sambil tertawa.

Di akhir perbincangan singkat kami, Reda juga sempat berceloteh mengenai progres album baru sepeninggal Ari yang sedang ia kerjakan. “Sekarang udah lebih menggembirakan, karena lagunya udah jadi, liriknya juga udah jadi. Tinggal proses rekamannya aja yang enaknya mau diapain nih rekamnya, mau live atau studio. Itu yang harus dimatangkan lagi,” pungkasnya.

Foto: Hanni Prameswari