[Artikel yang saya tulis ini pertama kali diterbitkan pada 11 Desember 2019 di website BeritaBaik.id: https://beritabaik.id/read?editorialSlug=musik&slug=1576056680132-singgah-di-jogja-duo-jazz-asal-belanda-ini-eksplor-musik-gamelan]
Yogyakarta – Duo pemenang Grammy Belanda, Ineke Vandoorn dan Marc van Vugt sedang melakukan tur musik keliling dunia di tahun 2019, salah satu negara yang dikunjungi adalah Indonesia. Setelah tampil di Jakarta belum lama ini, kini giliran kota Yogyakarta yang mereka singgahi. Konser Ineke Vandoorn dan Marc van Vugt Duo yang digagas oleh lembaga Erasmus Huis ini digelar pada Selasa (10/12/2019) di Pendopo Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis KM 8.4, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Acaranya sendiri tidak dipungut biaya, karena konser ini bersifat gratis dan terbuka untuk umum. Ineke adalah seorang penyanyi yang suka berpetualang. Ia dikenal karena intensitasnya, bernuansa opera, ketepatannya yang baik, dan suaranya yang hangat. Sedangkan Marc adalah seorang komposer dan gitaris yang dikenal karena aransemen dan improvisasinya yang memukau. Bersama-sama, mereka menciptakan musik jazz yang kreatif dan mudah dinikmati sebagai musik jazz kelas dunia.
Ineke Vandoorn dan Marc van Vugt Duo membuka pertunjukan mereka dengan membawakan lagu berjudul ‘Dawn’ yang menggambarkan bagaimana rasanya bangun tidur di samping orang yang kalian cintai. Disusul oleh ‘Isaya’, ‘On The Mountain’, serta ‘Liefde’.
Memasuki pertengahan pertunjukan, dengan tetap diiringi oleh petikan gitar dari Marc, Ineke Vandoorn mulai menunjukkan kemampuannya bermain piano. Seperti yang ia lakukan di lagu ‘Chorineke’ yang kental dengan nuansa Brazilian music. Penonton juga dapat melihat kemahiran Ineke memainkan grand piano sambil tetap bernyanyi dengan suara yang stabil di lagu ‘Holysloot’.
Sejurus kemudian, penonton dikejutkan dengan penampilan mereka yang tiba-tiba membawakan sebuah lagu berbahasa Indonesia yang pernah dipopulerkan oleh almarhum Broery Marantika, yakni ‘Angin Malam’.
Di repertoar selanjutnya, khusus di Jogja, Ineke dan Marc berkolaborasi dengan musik gamelan. Mereka bermain bersama musisi gamelan, Purwanto dan Sukotjo yang juga merupakan anggota dari grup musik Kua Etnika yang dikomandani oleh maestro almarhum Djaduk Ferianto. Kua Etnika sendiri baru saja memenangkan AMI Award (Penghargaan Anugerah Musik Indonesia) tahun 2019 untuk kategori ‘Karya Produksi World Music Terbaik’. Selain itu, Purwanto juga memiliki proyek musik lain bernama Vertigong dan banyak berkolaborasi dengan banyak musisi.
Di konser ini, Ineke, Marc, Purwanto dan Sukotjo berkolaborasi membawakan total tiga buah repertoar. Dua repertoar terakhir yang berjudul ‘White’ dan ‘Blues for A Voice’ sekaligus dijadikan sebagai penutup konser mereka.
Secara keseluruhan, musik mereka bisa dibilang mampu melewati batas-batas emosi dan melodi sebuah lagu, menciptakan suasana yang intim dan penuh gairah, serta diracik dengan nuansa Brazilian dan dongeng Skandinavia. Ineke Vandoorn dan Marc van Vugt bermain dalam format duo ke tingkat yang berbeda. Tanpa ada hambatan dan kesulitan, mereka saling bertukar peran dengan mudah di saat penonton sedang bertanya-tanya siapa harus melakukan apa. Mereka mengeksplorasi batas-batas improvisasi dan lirik-lirik lagu, menciptakan dunia mereka sendiri, tidak pernah kehilangan rasa dari lirik dan harmoni mereka.
Foto: Hanni Prameswari